Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya,
dan meminum anggur yang tidak diperasnya.
Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan,
dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur
sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara,
kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar kecuali di runtuhan,
dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya
sudah berada diantara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
falsafahnya karung nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya
dengan terompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu
dan orang kuat masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang berpecah-belah,
dan masing-masing menganggap dirinya sebagai satu bangsa.
-Kahlil Gibran
( 1930 in The Garden of the Prophet)
Comments
Post a Comment