Skip to main content

ANALISIS TERJADINYA PROXY WAR DALAM KASUS PERANG SIPIL SURIAH 2011





BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun lalu kita melihat adanya pergerakan besar yang terjadi di arab. Pergerakan  itu biasa disebut arab spring. Fenomena arab spring ini dimulai sekitar akhir tahun 2010 sampai tahun 2012. Arab spring  terjadi di sekitar jazirah arab dan wilayah afrika utara, misalnya Tunisia, mesir dan negara sekitarnya.
Fenomena ini muncul pertama kali di negara Tunisia pada tanggal 18 Desember 2010, masyarakat menuntut mundurnya presiden Tunisia, Zine El Abidin Ben Ali yang sudah menjabat hampir 25 tahun setelah memimpin Tunisia melalui kudeta pada pertengahan dekade 1980an, yang mana dibawah kekuasaannya yang diktator terjadi berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan masalah-masalah lainnya seperti kekerasan fisik, perlindungan yang tidak mumpuni terhadap kebebasan media pers, tingginya angka pengangguran, kemiskinan,  kebebasan berpendapat dan kebebasan berpolitik. Hal ini menyebabkan gelombang aksi turun ke jalan dalam skala besar dan demonstransi dan  membuat Ben Ali diturunkan secara paksa oleh masyarakat Tunisia.
Hal tersebut menjadi semacam pemantik untuk negara negara sekitarnya yang juga mengalami diktatorisme selama berpuluh puluh tahun, misalkan mesir yang sudah 30 tahun dipimpin oleh Husni Mubarak. Mereka menurunkan secara paksa rezim Mubarak pada tanggal 25 Oktober 2011. Arab spring berkembang menuju ke Suriah dimana pihak oposisi Suriah berupaya menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad.
Peristiwa yang terjadi di jazirah arab ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pada awalnya perang perang ini mungkin disebabkan oleh faktor faktor internal, tetapi pada akhirnya, banyak kepentingan yang bertumpuk di dalam konflik yang terjadi di negara negara ini termasuk konflik Surih pada tahun 2011.
B. Rumusan masalah
Apa yang dimaksud proxy war dan bagaimana proxy war ini dilakukan di Suriah?
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui apa yang dimaksud proxy war dan kaitannya dengan perang Suriah

BAB II : PEMBAHASAN
A. Proxy war
Prinsip perang terus bergeser, dari perang yang bersifat konvensional, dimana dulu perang hanya terbatas pada perang militer yang menggunakan senjata dan bertarung satu lawan satu atau saling berhadapan. Perang proksi adalah istilah yang memiliki berbagai definisi, namun karena berbagai perang yang dianggap sebagai perang proxy, perang proxy didefinisikan sebagai perang di mana perang tersebut terjadi antara dua atau lebih entitas, dimana satu atau lebih pihak di antaranya didukung oleh negara lain, dalam rangka mencapai tujuan negara pendukung. Dalam definisi ini harus diperjelas bahwa dalam perang proxy, proxy biasanya berjuang dalam perang untuk alasan mereka sendiri. Alasan mereka dianggap proxy, dan alasan perang dianggap sebagai perang proxy, karena "negara proxy" sedang didukung oleh negara luar, dan negara luar mendukung proxy hanya karena proxy berusaha untuk melakukan sesuatu yang negara pendukung.
Perang proxy menjadi hal yang umum sejak berakhirnya Perang Dunia II dan munculnya Perang Dingin. Hal ini karena sejumlah alasan. Pada masa Perang Dingin, ini karena terjadi ketakutan bahwa konflik langsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet akan mengakibatkan perang nuklir dan kehancuran total dari semua partisipan. Selain itu, Uni Soviet, terutama menjelang akhir perang dunia, tidak memiliki cukup sumber daya untuk langsung melawan Amerika Serikat, dan media telah dan masih memiliki pengaruh besar pada kebijakan di Amerika Serikat. Sering setelah perang besar, media dan masyarakat umum memiliki pandangan antiperang. Ketika ini terjadi, AS memerlukan untuk memberikan justifikasi yang berat untuk maju berperang. Ketika tidak dapat melakukannya, Amerika Serikat telah terpaksa untuk memiliki tangan lain untuk melakukan perang. Contoh dari situasi ini adalah ketika Amerika Serikat tidak terlibat langsung dalam Perang Soviet-Afganistan, sebagai gantinya AS memilih untuk memasok dan mendanai Mujahidin. Dicatat bahwa Perang Soviet-Afganistan terjadi empat tahun setelah Perang Vietnam, dimana AS mendapatkan kerugian besar dan mengalami kekalahan disana
Perang proxy dapat dimulai konflik yang independen, tetapi berkembang menjadi perang proksi sebagai negara besar berusaha untuk melindungi kepentingan mereka. Misalnya, Perang Saudara Spanyol dimulai sebagai perang saudara antara kaum Nasionalis revolusioner pro-fasis di bawah Jenderal Francisco Franco dan pendukung Republik Spanyol, yang disebut Republicans. Namun, berkembang menjadi perang proksi sebagaimana Nazi Jerman dan sekutunya mulai mendukung Nasionalis, sedangkan Uni Soviet, Meksiko dan banyak relawan internasional yang mendukung Partai Republik.
Berdasarkan ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa beberapa ciri ciri proxy war adalah sbb:
1. Negara yang menjadi proxy adalah negara sekutu sang pendukung.
Negara Korea selatan yang terlibat perang Korea didukung oleh Amerika Serikat, dan menjadi Proxy dari US. Ini terjadi karena mereka adalah sekutu yang memang sudah lama menjadi sahabat. Di lain pihak, korea utara disokong oleh Uni Soviet, yang sama sama berpaham komunis dan menjadi kerabat dekat.
2. Negara proxifier seringkali merupakan negara adidaya.
Dukungan yang bisa berupa dukungan senjata, ekonomi dan beragam kebutuhan perang, membuat pendukung yang menjadi proxifier dari perang proxy memiliki kekuatan yang tidak kokoh. Minimal mereka memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk ikut serta dalam membantu negara yang menjadi proxy, maka dari itu negara adidaya menjadi negara yang paling sering berposisi sebagai proxifier.
3. Dilakukan untuk memperjuangkan kepentingan pihak pertama dan kedua.
Yang perlu digarisbawahi kembali dalam kasus perang proxy ini adalah, tidak hanya salah satu dari dua negara yang bersekutu yang mempunyai kepentingan, misalkan negara proxy tidak hanya mencapai apa yang diinginkan negara pendukung, tetapi mereka juga punya kepentingan yang terlebih dahuklu sudah diperjuangkan sebelum negara pendukung datang mendukungnya.
B. Proxy war dalam kasus perang Suriah
Konflik politik Suriah yang dimulai pada bulan Maret tahun 2011 lalu bukan hanya menjadi konflik internal antara Rezim Bashar Al Assad dan oposisi Suriah yang diwakili oleh Dewan Nasional Suriah (SNC), tetapi konflik tersebut telah berkembang menuju konflik yqng berlevel internasional. Berbeda dengan revolusi yang melanda negara-negara Arab lainnya, contohnya di Mesir dan Libya, kepentingan asing banyak terlibat pada konflik politik Suriah dan saling bersinggungan. Pada kasus revolusi Mesir, intervensi pihak asing, Amerika Serikat, tidak mendapat banyak polarisasi dari pihak lain, karena Mesir pada hakikatnya adalah sekutu politik AS di Timur Tengah. Dalam revolusi Libya, intervensi memang menjadi sebuah intervensi militer, namun sekalipun demikian, tetap tidak ada dukungan masif dari blok negara penentang, yang ada hanya sedikit suara sumbang tentang perlunya penghormatan atas kedaulatan Libya.
Dalam konflik yang mendera Libya, gesekan kepentingan tidak bisa dielakkan lagi dan gesekan tersebut berasal dari dua blok yang berseteru pada perang dunia 2. Blok barat diwakili Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sementara di lain sisi ada pihak Rusia dan Cina. Konflik ini sendiri bisa dikatakan sebagai wujud baru dari perang dingin yang sudah dinyatakan berakhir pada awal dekade 1990-an ketika Uni Soviet bubar dan pecah menjadi belasan negara.
C. Kepentingan Amerika
Suksesnya revolusi di Mesir dan Libya semakin mendorong Amerika Serikat terus bermain dalam proyek “New Middle East“ nya. Meski revolusi ini harus mengorbankan sekutu Amerika Serikat, seperti Husni Mubarak di Mesir dan Ali Abdullah Saleh di Yaman, tetapi proyek pendongkelan rezim otoriter di Arab terus berlanjut. Sangatlah lugu bila kita sebut ini adalah proyek demokratisasi Timur Tengah. Faktanya, sekutu-sekutu Amerika Serikat dan barat di jazirah Arab, seperti Arab Saudi, Kuwait, Oman, dsb bukan negara demokratis tetapi monarki konstitusional, yang tentu berlawanan dengan ide demokrasi sendiri. Kepentingan bisnis dan politik lebih menjadi alasan utama dibalik proyek Timur Tengah Baru. Minyak dan bisnis senjata masih menjadi ambisi blok Barat menancapkan pengaruhnya di jazirah Arab. Namun kepentingan politik ternyata tak kalah penting. Suriah menjadi satu-satunya ganjalan di jazirah Arab setelah Irak ditundukan. Sebagian besar negara-negara Arab sudah berteman dekat dengan Amerika Serikat. Sementara Suriah juga lebih condong kepada blok Rusia dan Cina ketimbang Amerika Serikat dan blok barat. Suriah juga menjadi ancaman besar bagi Israel selain Iran. Suriah mempunyai kedekatan hubungan dengan gerakan Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Palestina yang menjadi musuh besar Israel. Dengan jatuhnya rezim Al Assad, ancaman terhadap keamanan Israel bisa diminimalisasi, dan rezim yang baru diharapkan bisa lebih mendekat ke Amerika Serikat dan blok barat.[1]
D. Kepentingan Rusia
Ada beberapa sebab mengapa Rusia ingin membantu rezim Bashar al Assad, yaitu
1. Cultural connection
Moskow telah memperhitungkan Suriah yang dipimpin oleh Assad sebagai sekutu terdekatnya di dunia Arab selama lebih dari empat puluh tahun. Selama Perang Dingin, banyak orang Rusia pindah ke Suriah dan, sebaliknya, banyak elit Suriah belajar di sekolah ternama Rusia seperti Moskow State University dan Peoples' Friendship University. Perkawinan terjadi di kedua negara. Sebagian pemimpin Soviet, berusaha untuk mendapatkan pengantin siswa pria terbaik dari negara-negara sekutu yang kemudian bisa diandalkan dukungannya. Karena Suriah adalah kunci untuk posisi Soviet di Timur Tengah, Suriah disebut sebagai "sekutu" dan "teman " dalam siaran publik dan laporan di Soviet.[2]
2. Kepentingan komersial
Jatuhnya pemimpin Libya Muammar Qadhafi juga telah memberikan kontribusi terhadap sikap keras kepala Putin di Suriah. Menurut beberapa sumber Rusia seperti RIA Novosti dan Utro.ru, Kremlin kehilangan sekitar $ 4 miliar dari kontrak persenjataan ketika rezim Libya jatuh, dan ingin mencegah terulangnya di Suriah.
Suriah telah lama menjadi konsumen persenjataan Rusia, dan perdagangan senjata semakin bertambah setelah Assad dan Putin berkuasa pada tahun 2000. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, Rusia menyumbang 78 persen dari pembelian senjata Suriah antara tahun 2007 dan 2012. Dan 2007-2010, penjualan senjata Rusia ke Suriah mencapai $ 4,7 miliar dua kali lebih besar jumlahnya dibandingkan empat tahun sebelumnya, berdasarkan Congressional Research Service. Lebih luas lagi, Rusia saat ini menjadi eksportir senjata terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Di luar persenjataan, perusahaan Rusia telah menginvestasikan $ 20 miliar Suriah sejak 2009, menurut Moskow Times. Jika Assad kehilangan kekuasaan, kontrak ini akan hangus.
Juga dipertaruhkan sejumlah besar pinjaman Rusia untuk Assad. Menurut manifest penerbangan yang diperoleh ProPublica, Moskow menerbangkan lebih dari dua ratus ton "banknotes" untuk rezim Suriah di musim panas 2011, selama periode ketika pertempuran mengalami eskalasi. Pengiriman tersebut mungkin menjadi satu-satunya alasan Assad berhasil menghindari kebangkrutan dan tetap membayar pasukannya walaupun cadangan devisa negara ini telah berkurang.
3. Aliansi Militer
Putin telah membuat ekspansi kekuatan maritim Rusia menjadi pilar masa jabatan presiden yang ketiga. "Saya ingin menegaskan kembali lagi bahwa pengembangan angkatan laut yang kuat dan efektif adalah salah satu prioritas utama Rusia," katanya pada tanggal 10 Januari, pada peresmian first class pertama Rusia dari kapal selam sejak tahun 1991. Jatuhnya Assad akan berarti kehilangan pangkalan militer Rusia di luar bekas Uni Soviet.[3]
Minggu yang sama dengan komentar Putin, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan latihan angkatan laut yang akan diadakan di Laut Mediterania, yang digambarkan sebagai "yang terbesar dalam sejarah Rusia." Moskow tidak memberikan indikasi bahwa latihan tersebut terkait dengan konflik Suriah, tetapi analis Barat menafsirkan bahwa hal tersebut menjadi sinyal bahwa Rusia tidak berniat untuk mundur dari dukungan untuk rezim Assad.
4. Peran strategis
Sejak tahun 2000, Putin telah berupaya untuk mengembalikan Rusia sebagai kekuatan besar, membentuk kebijakan sebagai anti-Amerika zero-sum game untuk memposisikan negara ini sebagai penyeimbang Barat di Timur Tengah. Suriah adalah pijakan paling penting Rusia di wilayah tersebut dan kunci kalkulus Putin. Suriah yang lokasinya - berbatasan dengan Mediterania, Israel, Lebanon, Turki, Yordania, dan Irak - menjadikannya terlalu penting untuk terhilang.
Alasan lain untuk Putin mendukung Assad menyangkut perkembangan di dalam Rusia. Percikan di balik Arab Spring - rasa frustrasi dengan korupsi dan tidak adanya akuntabilitas dalam politik - tampak melalui beberapa bagian dari masyarakat Rusia. Pada Desember 2011, negara mengalami protes terbesar sejak jatuhnya Uni Soviet. Untuk Putin, yang lebih terbiasa dengan penduduk yang sepenuhnya puas, peristiwa ini pasti menakutkan, dan kemungkinan dia takut bertemu nasib yang sama seperti para pemimpin Arab yang digulingkan.
Sebagai tanggapan, Putin telah berupaya menjadi musuh eksternal untuk menggalang penduduk sekitar bendera nasionalis. Dengan menggunakan Suriah untuk mempromosikan anti-Amerikanisme, dia bisa memperoleh manfaat politik langsung - mendukung Assad berarti menolak Barat. Sama seperti sikap Assad yang bersikap rejeksionis melawan Israel menjadi penting untuk Suriah di panggung internasional, rejeksionisme Rusia di Suriah membuat Moskow menjadi pemain penting di kasus mata internasional.
5. Prospek yang buruk untuk reset kepemimpinan.
Sejak pemberontakan Suriah tahun 2011, Putin telah mendukung Assad secara tegas, meskipun pernyataan sebaliknya. Dia telah mempersenjatai Assad, dengan berlindung di Dewan Keamanan PBB, setuju untuk mengambil minyak mentah Suriah sebagai ganti produk minyak olahan untuk mempertahankan militer dan perekonomian negara, dan memberikan pinjaman untuk mencegah kebangkrutan Suriah.
Pada intinya, pihak Rusia tidak memiliki pandangan yag bagus terhadap calon pengganti Assad, atau calon potensial dalam reset kepemimpinan di Suriah, untuk menjadi mitra yang sebagus Assad.
E. Negara lain yang mempunyai kepentingan di perang Suriah
Beberapa negara yang juga memiliki kepentingan di perang Suriah antara lain
1. Iran
Dukungan Iran kepada Rezim Bashar Al-Assad bukan semata faktor keyakinan Syiah yang dianut Damaskus. Rezim Al Assad dibangun dan disokong kekuatan Partai Baath yang berideologi sosialis dan sekuler bukan syiah fundamentalis sebagaimana Rezim Teheran. Alasan utama Iran mendukung Suriah lebih kepada karena Suriah menjadi bagian aliansi strategis Iran dalam menghadapi ancaman Israel. Suriah, Iran, dan Hizbullah (Lebanon) menjadi poros Timur Tengah untuk melawan Israel. Sebagaimana Iran, Suriah tidak terlibat konflik langsung dengan Israel, namun Suriah secara aktif terus menyokong perlawanan terhadap Israel. Suriah menjadi perpanjangtanganan Iran dalam menyokong milisi Hizbullah di Lebanon Selatan. Suriah juga mengakomodasi para pemimpin Hamas Palestina di Damaskus . Ini yang menjadi alasan utama Iran yang menghendaki rezim Bashar Al Assad tetap berkuasa. Selain itu, Iran juga tidak ingin gejolak Suriah berimbas pada stabilitas Iran, yakni terletupnya gerakan revolusi kaum muda Iran yang dikenal kritis terhadap pemerintahnya.
2. Turki, Arab Saudi, dan Qatar
Tiga negara ini adalah negara-negara yang paling bersemangat menyerukan pergantian Rezim Damaskus. Turki nyata-nyata menegaskan menyokong perlawanan oposisi Suriah. Turki juga tak khawatir terseret langsung dalam konflik karena penempatan militernya di perbatasan Suriah-Turki. Saat ini, Turki juga menjadi tempat pengungsian warga Suriah dan markas pejuang oposisi Suriah. Arab Saudi dan Qatar juga menyokong persenjataan gerilyawan, dan kerap menyentil Damaskus lewat statemen pemerintahnya yang mengutuk tindakan represi Rezim Bashar Al Assad. Kedua negara ini juga menjadi aktor penting dibalik upaya untuk mengutuk Suriah di sidang Majelis umum PBB. Dibekukan sementaranya keanggotaan Suriah di Liga Arab juga merupakan rangkaian manuver Arab Saudi dan Qatar. Tiga negara ini ditengarai juga menyuplai senjata dan logistik pejuang oposisi. Dukungan kuat Turki, Arab Saudi dan Qatar kepada oposisi Suriah disebabkan karena faktor keyakinan, yakni Islam Sunni. Konflik Suriah menjadi menjadi medan perang Sunni-Syiah seperti di Yaman, Bahrain dan Irak.[4]


F. Proxy dari Amerika Serikat dan Rusia
Di bagian pendahuluan sudah saya jelaskan tentang ciri ciri proxy war. Penulis pada bagian ini mencoba menganalisis proxy war dalam kasus Suriah.
Pada awalnya, perang sipil Suriah ini disebabkan oleh kepemimpinan sang diktator, Bashar al-Assad di negara tersebut semenjak tahun 2000. Pihak oposisi merasa pemimpin mereka bertindak semena mena selama duduk menjadi kepala negara, sementara Bashar al-Assad menganggap mereka yang menyerang adalah pemberontak yang patut dihancurkan. Disini masing masing pihak yang bertikai memiliki kepentingan tertentu.
Proxy war di sini diawali dari kepentingan dua pihak yang bertikai. Pihak “pemberontak” dari SNC yang berupaya menggulingkan Bashar al-Assad berbentur kepentingan dari rezim yang berupaya mempertahankan power yang masing masing mereka miliki. Sementara itu, di belahan bumi berbeda, dua mantan kekuatan politik terbesar dunia pada era perang dingin menangkap sinyal sinyal potensial dari negara Suriah ini. pihak Suriah yang merupakan salah satu pijakan penting bagi kekuatan yang dibangun Rusia di kawasan Timur Tengah, karena sudah banyak negara tetangga Suriah yang menjadi aliansi dari mantan musuh Rusia di era perang dingin, yaitu Amerika Serikat.
Dua mantan kekuatan terbesar dunia itu merasa mereka bisa menggunakan salah satu pihak sebagai proxy mereka. Rusia menginginkan rezim Assad tetap bertahta karena merupakan salah satu aliansi terpenting mereka di asia, sementaraAmerika menggunakan pemberontak sebagai proxy mereka untuk menghilangkan ganjalan mereka di Timur Tengah yang selama ini berada pada sosok Bashar al Assad.
Hal diatas memperkuat asumsi bahwa proxy war terjadi di Suriah. Ini dibuktikan dengan adanya dua kepentingan yang sebenarnya sudah  dimiliki oleh dua pihak yang bertikai secara langsung. Tetapi dari dua tujuan itu, berkembang lagi setelah masuknya para proxifier yang masuk ke area konflik untuk memperjuangkan kepentingan masing masing. Dalam kasus ini, Rusia dan Amerika sama sama berjuang untuk menancapkan powernya di Timur Tengah melalui Suriah. Inilah yang menyebabkan perang ini bisa disebut sebagai perang proxy, dimana masih masing kubu yang bertikai dalam konflik ini didukung oleh pihak lain, yang mempunyai kepentingan berbeda.











BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Proxy war adalah perang di mana perang tersebut terjadi antara dua atau lebih entitas, dimana satu atau lebih pihak di antaranya didukung oleh negara lain, dalam rangka mencapai tujuan negara pendukung.
Salah satu contoh proxy war yang terjadi adalah di Suriah dimana pemerintah Bashar al Assad yang diboncengi oleh Rusia melawan pemberontak yang disokong Amerika Serikat menjadikan perang Sipil Suriah ini menjadi perang proxy, dimana ada negara yang  memiliki proxy di daerah yang berkonflik, dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan secara politik maupun ekonomi dari proxy mereka ketika mereka menang.
Proxy war hanya akan terjadi kalau dua kubu, kubu proxy dan kubu pendukung, memiliki tujuan yang terkait dan saling menguntungkan. Di Suriah ini, Rusia berkepentingan untuk mengamankan rezim Bashar al-Ashad di sana karena sepanjang kepemimpinan Assad maupun secara historis, dimana Putin dan Assad memiliki relasi yang bisa dibilang sangat baik dalam berbagai bidang, dan jika sampai rezim Assad lengser, banyak sekali kerugian yang akan diderita oleh mereka. Di sisi lain, Assad juga berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Di kubu sebaliknya, Amerika Serikat berusaha untuk menggulingkan Assad untuk memuluskan rencana mereka menguasai Timur Tengah dan mendapatkan jalan untuk itu dengan pemberontak oposisi di Suriah yang juga berjuang untuk merebut kekuasaan. Jadilah terdapat 4 kepentingan yang bertarung di satu perang di wilayah Suriah.

B. Daftar Pustaka

Borshchevskaya, Anna. 2013. Russia's Many Interests in Syria. http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/russias-many-interests-in-syria diakses 09 Mei 2015

Moyar, Mark. 2013. U.S. Interests in Syria, Past and Present. http://www.hoover.org/research/us-interests-syria-past-and-present. 09 Mei 2015

Brandenburg, Rachel. 2013. What IS the U.S. Interest in Syria?. http://trumanproject.org/doctrine-blog/what-is-the-u-s-interest-in-syria/. 09 Mei 2015

2013. US to acts in its best interest over Syria crisis. http://www.bbc.com/news/uk-politics-23894173. 09 Mei 2015

Odiogor, Hugo. 2011. Understanding Russia’s interest in Syria’s conflict. http://www.vanguardngr.com/2011/11/understanding-russia%E2%80%99s-interest-in-syria%E2%80%99s-conflict/#sthash.TVJq0eoh.dpuf 09 Mei 2015

 



[1] Moyar, Mark. 2013. U.S. Interests in Syria, Past and Present. http://www.hoover.org/research/us-interests-syria-past-and-present. 09 Mei 2015


[2] Borshchevskaya, Anna. 2013. Russia's Many Interests in Syria. http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/russias-many-interests-in-syria diakses 09 Mei 2015


[3] Borshchevskaya, Anna. 2013. Russia's Many Interests in Syria. http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/russias-many-interests-in-syria diakses 09 Mei 2015


[4] http://forum.kompas.com/internasional/208538-kekuatan-asing-dibalik-konflik-suriah-sebuah-proxy-war.html

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kumbang dan Bunga Bermadu

Ada seekor kumbang yang lama tidak mendapat madu pada bunga. Pada suatu hari dia bertemu sebuah bunga yang memiliki madu. Dia lalu memberikan kode untuk mendapatkan madu bunga tersebut. “Hey, Bunga, apakah kau berpikiran untuk memberikan madumu untuk seekor kumbang?” tanya sang kumbang. Lalu si Bungapun menjawab “Sepertinya untuk saat ini belum bisa, Kumbang. Kau harus menunggu dulu sampai maduku menjadi banyak dan terasa sangat manis dulu, baru kamu boleh memintanya dari aku!” Sang kumbang sedikit pupus harapan, dan memutuskan untuk   menunggu sang bunga berttumbuh enjadi bunga yang menghasikan madu dengan jumlah yang besar dan rasa yang manis, mungkin itu membutuhkan waktu 3-4 tahun lagi. Waktu yang lama, bukan? Setiap   hari Kumbang mencoba menjaga Bunga ini,   dia menyiram air, dia terkadang rela untuk hujan hujanan ke taman hanya untuk meihat Bunga ini semakin semangat. Kumbang ini pun tidak tahu, apa sebenarnya yang dirasakan sang Bunga, hanya, yang menjadi indikasi,

Esensi Paskah dan Hal Kekhawatiran

Paskah kali ini, saya berusaha untuk pulang ke rumah. Selagi saya masih berada di wilayah yang dekat dengan kota tempat tinggal orang tusaya, Boyolali. Kemungkinan besar tahun ini saya lulus, dan mungkin juga paskah tahun depan saya berada di kota lain, yang jauh dari sini. Mungkin juga saya berada di negara lain, entah dimana itu. Terkadang saya berfikir, apakah sebenar-benarnya Tuhan itu nyaman berada dalam wujud manusia? Apakah Tuhan itu senang ketika harus menjadi sosok Yesus Kristus? Dengan semua kenyamanannya dalam balutan kekudusan dan kekuasaan yang lebih besar dari apapun, apakah sesungguhnya Tuhan merasa nyaman ketika harus meninggalkan itu semua? Jawabannya, mungkin tidak, tetapi harus dilakukan. Demi kita, demi cinta!  Yesus saja waktu di taman getsemani berdoa :  Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini   lalu   dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan se