Paskah
kali ini, saya berusaha untuk pulang ke rumah. Selagi saya masih berada di
wilayah yang dekat dengan kota tempat tinggal orang tusaya, Boyolali. Kemungkinan
besar tahun ini saya lulus, dan mungkin juga paskah tahun depan saya berada di
kota lain, yang jauh dari sini. Mungkin juga saya berada di negara lain, entah
dimana itu.
Terkadang
saya berfikir, apakah sebenar-benarnya Tuhan itu nyaman berada dalam wujud
manusia? Apakah Tuhan itu senang ketika harus menjadi sosok Yesus Kristus? Dengan
semua kenyamanannya dalam balutan kekudusan dan kekuasaan yang lebih besar dari
apapun, apakah sesungguhnya Tuhan merasa nyaman ketika harus meninggalkan itu
semua? Jawabannya, mungkin tidak, tetapi harus dilakukan. Demi kita, demi
cinta!
Yesus
saja waktu di taman getsemani berdoa :
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. - Matius 26:39
Yesus,
wujud manusia dari Tuhan, merasa amat tidak nyaman ketika harus menyerahkan nyawanya
atas nama cinta kepada "seluruh" manusia.
Hal
itu membuatku sadar akan satu hal: bahwasannya Yesus juga pernah khawatir, takut
akan beratnya "cawan" yang harus diminum. Begitu beratnya pengorbanan
yang harus ditanggung, kenapa? Karena Yesus tahu akan masa depannya! Dia tahu
akan apa yang akan dihadapi, sesuatu yang berat! Dia tahu persis dengan langkah
demi langkah yang akan Dia lalui demi cinta yang Dia punyai, demi cinta yang
Dia perjuangkan.
Tetapi
poinnya adalah, Yesus tetap meyerahkan apa yang akan dihadapi pada kehendak
Tuhan. Ini yang menjadi kunci dari cinta Tuhan Yesus Kristus terhadap umat
manusia.
*****
Hal
kekhawatiran
Pada
akhirnya saya sadar,
Mungkin
saya terlalu pensayat
Mungkin
saya terlalu pengecut,
Atau
mungkin saja saya hanya seorang pengkhawatir.
Takut
akan hidup
Khawatir
akan masa depan
Bahkan
khawatir untuk melangkah maju, kadang kadang
Paskah
ini hendaknya bisa membawa perubahan
Saya
harus bangkit dari kekhawatiran
Saya
harus keluar dari zona nyaman
Pada
dasarnya, kita lebih beruntung dari Yesus, karena kita tidak tahu apa yang akan
kita hadapi di masa depan, lima tahun lagi, satu tahun lagi, atau bahkan lima
menit lagi kita tidak tahu apa yang terjadi. Beban yang kita tanggung tidak lebih
dari apa yang dirasakan Yesus ketika di taman Getsemani, yang mana ketika itu
Dia tahu dia akan menghadapi apa dalam 24 jam ke depan, dia tahu persis dia
akan dicambuk, disalib bahkan dipermalukan di depan semua orang. Tidak seperti
kita yang sebagian besar, bahkan mungkin semua dari kita, buta akan masa depan.
Pada akhirnya kekhawatiran tidak akan menyelesaikan masalah!
Seperti
yang dikatakan dalam Alkitab :
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Matius 6:34
Nikmatilah
hidupmu hari ini, kawan! Tetapi jangan lupa tetap meyerahkan apa yang akan kita
hadapi pada kehendak Tuhan, seperti Yesus ketika di taman Getsemani!
*ini
refleksi pribadi dari penulis, maaf jika ada kekeliruan
Comments
Post a Comment