Minggu, 12 Januari 2014, saya bangun dari
tidur,seperti biasa, berangkat ke gereja pukul 05.30 WIB. rencana pukul 08.00
WIB berangkat ke Karanganyar, ya mengisi waktu libur. Saya memang suka
mengunjungi tempat-tempat wisata, ya, bisa dibilang saya seorang backpacker
pemula. Pemula?? Ya, karena saya baru menemukan passion dan teman untuk
melakukan perjalanan backpacking waktu masuk ke perguruan tinggi. Apalagi saat
SMK, orang tua pasti tidak akan mengijinkan saya untuk keluar kota atau
backpacking. Orang tua saya memang termasuk protektif, walaupun saya kurang
nyaman dengan perlakuan tersebut, tetapi saya bisa memahami apa yang diinginkan
orang tua saya, terlebih karena saya seorang anak bungsu. Tapi setelah masuk kuliah,
saya menemukan seorang teman yang memang senang backpacking. Setelah itu, saya
jadi lebih sering main main ke luar kota, mulai dari Surakarta, Jogjakarta,
Magelang, sampai ke Jakarta.
Kembali ke bahasan awal, saya pulang dari gereja pukul 08.30 WIB. Dan itu
lebih dari estimasi waktu yang semula akan berangkat pukul 08.00 WIB, karena harus
mengisi perut dulu sebelum berangkat, biar nggak
sakit perut waktu perjalanan, akhirnya saya berangkat jam 09.30 WIB dari
rumah saya di Boyolali. Dengan naik motor Honda Supra Fit, berdua dengan teman
saya yang memang menjadi teman saya satu kelas di PT, satu hobi dan sering ngedan bareng saya. Tujuan awal ke
karanganyar hanya ke tiga tempat, Astana Giribangun, Candi Sukuh, kemudian ke Candi
Ceto.
Dalam perjalanan, kami sempat mendapatkan sedikit
kesulitan karena jalan menuju objek wisata yang akan kami tuju belum sepenuhnya
kami kuasai, walaupun sebelumnya kami sudah mencari peta wisata karanganyar sekitar
satu bulan sebelumnyadi internet. Sampai di Terminal Tirtonadi, Surakarta, kami
harus menanyakan arah ke Kabupaten Karanganyar kepada seseorang laki-laki paruh
baya dan memberitahu kami ke arah Kabupaten Karanganyar. Sampai ke Kentingan, kami
mampir dulu ke kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Di UNS, niat kami sebenarnya adalah untuk
mencari Sinyal wi-fi biar bisa internetan gratis. Dan saat ke
Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS, niat kami berubah,
kami hanya mengambil beberapa foto dan kemudian melanjutkan perjalanan karena
kami takut tidak punya cukup waktu untuk mengunjungi semua tempat yang sudah
kami rencanakan.
Sampailah kami di Kabupaten Karanganyar pukul 11.00
WIB. Di persimpangan jalan menuju ke Kabupaten Sragen, kami berdua mengalami
sebuah masalah, karena kami kurang yakin akan menuju ke arah mana. Akhirnya
kami memutuskan untuk mampir dulu ke Pos Polisi di Jaten, dekat persimpangan
rel.
“Pak, arah ke Astana Giri Bangun ke arah mana ya pak?”
“Oh, ini mas, lurus aja, ke arah Matesih, nanti ada
rambu-rambunya kok.” Kata Pak Polisi.
Akhirnya kamu pun melanjutkan perjalanan. Masuk ke
wilayah Jaten, kemudian ke Kecamatan Karanganyar.
Kami sama sekali nggak
tahu wilayah Karanganyar, jadi kami hanya mengandalkan rambu penunjuk arah.
Satu kali di persimpangan jalan sama sekali tidak ada penunjuk jalan atau
rambu, dan kami harus menczfri tahu dengan bertanya kepada pemilik bengkel,
kemudian kami bertanya lagi ke beberapa orang sampai akhirnya kami berhenti di
sebuah warung untuk membeli minuman. Disitu sekalian saya bertanya ke penjual
kelontong itu, dan ternyata kami sudah cukup dekat dengan Astana Giri Bangun,
tujuan pertama perjalaanan kami.
Di tengah perjalanan, kami sempat terhadang hujan yang
cukup deras, sampai kami harus berhenti untuk memakai jas hujan, dan sekedar
mengambil potret. Selesai mengambil foto, hujan secara tiba-tiba berhenti dan
kami melanjutkan perjalanan ke astana giri bangun. Kira-kira sepuluh menit
kemudian kami sudah sampai dan memanfaatkan sedikit waktu untuk beristirahat.
Setelah puas beristirahat, kami harus meminta surat
izin berziarah terlebih dahulu sebelum masuk dan mengisi kas seikhlasnya.
Masuk, kami hanya melihat lihat dan tidak ikut mendoakan jasad mantan Presiden
Soeharto, karena…assudahlah. Kami hanya sekitar lima menit di dalam ruangan
tempat peti pak Harto diletakkan, karena teman saya harus segera sholat dan
saya menunggu di samping masjid di Giri Bangun.
Perjalanan kami lanjutkan ke Candi Sukuh. Lagi-lagi di
perjalanan kami harus berhenti unruk menikmati pemandangan yang cukup memukau,
di mana terdapat sungai, bukit dan sawah yang saling berdampingan.
Lanjut lagi, ke Candi Sukuh kami sangat mengandalkan
rambu-rambu yang disediakan pemda Karanganyar. Walaupun kami juga harus
beberapa kali menanyakan arah kepada penduduk lokal. Kami masuk ke kawasan
Candi Sukuh, yang jalannya cukup menanjak dengan membayar retribusi untuk
kendaraan kami sebesar Rp. 1.000,00. Kami sampai ke candi pukul 13.00 WIB. Di
sana, kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 3.000,00. Tanpa sengaja kami
melihat ada pedagang bakso keliling. Kami sepakat untuk membeli dua porsi dan
teman saya yang menambah uang saya, atau kasarnya utang, karena uang saya tidak
cukup, karena sepanjang perjalanan kami belum menemukan ATM. Oh, iya, teman
saya yang saya ceritakan ini bernama
Muhammad Edrian E, biasa dipanggil Edrian, berasal dari Jakarta Selatan, tetapi
caranya Ngomong sangat njawani atau seperti orang Jawa asli,
karena semasa kecil, dia tinggal dan bersekolah di Kudus, tempat tinggal mbah-nya.
Saya merasa cukup kenyang dengan bakso seharga Rp.
8.000,00 ini. Kami berbincang bincang dengan petugas tiket di sana, dan dengan
memperhitungkan waktu yang kami miliki, kami memutuskan untuk menambah tujuan
kami ke kawasan wisata air terjun Grojogan Sewu, yah sambil berharap kami
mempunyai cukup waktu dan cuaca yag mendukung. Karena kalau hujan, kawasan
Grojogan Sewu ini cukup berbahaya untuk pengunjung..
Puas berbincang dengan petugas tiket, kami masuk ke
Candi Sukuh. Udara yang sangat sejuk ditambah angin yang cukup kencang membuat
kami dapat sekaligus mencuci paru paru kami. Dengan mengambil beberaapa foto,
kami naik ke atas candi. Di atap candi,
masih terdapat sesajian yang dipersembahkan oleh masyarakat sekitar.
Pukul 15.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke candi
ceto yang terletak di dekat kawasan kemuning. Kemuning aalah kawasan agrowisata
yang berwujud kebun teh. Di kawasan kemuning, kami sempat mengambil uang dan
membeli semacam bakso. Perjalanan yang kami tempuh sangat melelahkan, karena jalanan
yang naik turun dan sekitar 100 meter sebelum sampai di kawasan Candi Ceto,
saya harus berjalan kaki naik karena jalanan yang sangat menanjak dan motor
teman saya tidak kuat di tanjakan. Sampai akhirnya saya harus istirahat untuk
minum dan mengembalikan tenaga. Sampai di Candi Ceto, kami membeli tiket masuk
seharga Rp.3.000,00 dan kami masuk wilayah Candi.
Karena mengejar waktu, kami harus ke Grojogan Sewu,
sementara waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Dan kami harus kembali ke
Candi Sukuh karena sarung tangan teman saya hilang dan kemungkinan ketinggalan
di sana, walaupun di sana kami tidak pernah menemukannya. Untuk mempercepat
perjalanan, saya dan teman saya mengambil jalan pintas yang sangat berbahaya.
Bahkan kami menemukan turunan yang sudutnya hampir mencapai 90.dan akhirnya pukul 16.30 WIB kami sampai di Grojogan
Sewu.
Grojogan sewu sebenarnya tutup pukul 16.00 WIB, tetapi
karena hari itu cukup ramai, kami cukup beruntung karena petugas masih membuka
loket dan kami diberi waktu pukul 17.30 WIB. Segera kami berlari untuk sampai
ke air terjun. Dan sesampai disana. Kelelahan kami yang selama satu hari
muter-muter kabupaten karanganyar, akhirnya terbayar dengan pemandangan yang
luar biasa, sebuah air terjun setinggi lebih dari 50 meter terpampang di depan
mata saya. Semua penat dan rasa kecapekan saya hilang oleh semua pemandangan
yang sungguh mempesona mata saya.
Walaupun kami belum cukup puas di sana, kami harus
meninggalkan Tawangmangu dan Karanganyar. Namun sampai di Jaten, hujan turun
sangat deras, banjir dan sampai harus berhenti untuk makan, karena memang
sebenarnya sudah cukup lapar. Sampai petang kami menikmati nasi bakar tuna, dan
minuman segar sampai hujan reda dan kami melanjutkan perjalanan. Malam hari
kami sampai di Surakarta dengan kondisi basah kuyup. Kami sampai di Stasiun Balapan,
tempat teman saya akan pulang dengan kereta api, dan beristirahat. Kami sangat
beruntung karena disana kami memperoleh sinyal wi-fi yang cukup kuat, sehingga malam hari kami tidak begitu
membosankan walau menginap di stasiun dengan kondisi seadanya. Kami merasa
cukup aman tidur di sana karena kami sudah terlebih dahulu meminta ijin ke
security di sana.
Ringkasan perjalanan saya, saya menghabiskan
Rp.80.000,00 dari jam 10.00 WIB sampai
19.30 WIB. 4 tempat wisata, 2 orang, dan medan yang sulit. Salam Backpacker!
Comments
Post a Comment